PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQURAN SURAH AN NISA : 59 DAN AN NAHL 64 MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 1 PRINGSURAT KAB. TEMANGGUNG Slamet Priyono, S. Pd (
PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN SURAH
AN
NISA : 59 DAN AN NAHL 64 MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS
VIIA DI SMP NEGERI 1 PRINGSURAT KAB. TEMANGGUNG
Slamet
Priyono, S. Pd
(Guru
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP N 1 Pringsurat)
ABSTRAK
Slamet
Priyono. Peningkatan Kemampuan Membaca Alqur’an Surah An
Nisa : 59 dan an Nahl 64 Menggunakan Model Problem Based Learning Siswa kelas
VIIA di SMP Negeri 1 Pringsurat Kab. Temanggung 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran PAI dan BP materi Membaca Alqur’an Surah An Nisa : 59 dan an Nahl
64. Meode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan di SMP
N 1 Pringsurat Temanggung dengan
subyek penelitian sebanyak 32 siswa. Penelitian dilakukan dengan kegiatan
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran
PAI dan BP dengan menggunakan model PBL secara klasikal yang tuntas, yaitu pra
siklus sebanyak 38,09 %, siklus I
sebanyak 78,12 %, siklus II sebanyak 78,12 % Dengan demikian pembelajaran PAI
dan BP dapat dikatakan
berhasil dan ditingkatkan menggunakan model PBL. Hal ini juga dibuktikan pada
peningkatan tingkat keaktifan siswa
sangat baik, yaitu pra siklus sebanyak 9, 37 % siklus I sebanyak 15, 62% siklus
II
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses membawa yang diinginkan dalam
perilaku manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses perolehan pengetahuan
dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi. Jika pendidikan menjadi
efektif hendaknya menghasilkan perubahanperubahan dalam seluruh komponen perilaku (pengetahuan
dan gagasan, norma dan keterampilan
nilai dan sikap, serta pemahaman dan perwujudan). Perubahan tingkah laku ini merupakan hasil dari proses pendidikan
yang diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai oleh masing-masing individu atau masyarakat. Perubahan-perubahan ini
hendaklah dapat diterima secara sosial,
kultural, ekonomis, dan menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, serta pemahaman
(Rulam, 2016 : 25). Dunia pendidikan mengalami perkembangan dalam mewujudkan generasi
muda yang mampu menghadapi
globalisasi. Sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti (PAI-BP). PAI-BP secara garis besar bertujuan untuk membina manusia
agar menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa berusaha untuk mendekatkan
diri dan beribadah kepada-Nya. PAI-BP merupakan salah satu mata pelajaran
wajib yang harus diberikan ditingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Muatan materi PAI-BP sangat komplek, sehingga
dalam proses pembelajarannya diperlukan metode
pembelajaran agar ilmu agama Islam dapat dimengerti, dipahami dan dijadikan
pedoman hidup di dunia sehingga
hasil pembelajaran sesuai yang diharapkan. Dalam sebuah pembelajaran, pemilihan
media pembelajaran haruslah dipertimbangkan dengan baik, karena hal tersebut akan
mempengaruhi hasil belajar. Rendahnya prestasi hasil belajar siswa dapat diantisipasi dengan penggunaan media pembelajaran
sebagai motivasi siswa agar bersemangat dalam memahami materi pelajaran baik,
karena hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar. Rendahnya prestasi hasil belajar siswa dapat diantisipasi dengan penggunaan media pembelajaran
sebagai motivasi siswa agar bersemangat dalam memahami materi pelajaran. Belajar adalah tahapan perubahan
perilaku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungan dan sekitar. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu
pada stuktur kognitif,
yakni penataan fakta, konsep
serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik (Thobroni, 2016 : 16). Setelah pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Pada materi alquran hadis sebagian
siswa masih kurang bisa memahami materi
dengan baik, terlebih masih banyak siswa yang belum memhami dalam membaca
alquran, siswa masih banyak membaca alquran dengan cara membaca tulisan latimya
karena maish ada beberapa siswa yang belum paham dengan huruf bahkan cara
membaca alquran sesuai dengan kaidah tajwid. Padahal dalam pelajaran pendidikan
agama islam terdapat banyak sekali bacaan alquran. Setelah saya cermati dan pelajari secara seksama dan didasarkan pada data serta hasil observasi yang dilakukan ternyata memang
kemampuan
membaca Alquran sebagian besar siswa banyak yang belum memahami maka saya melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui sebuah Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ““Peningkatan Kemampuan Membaca Alqur’an Surah an Nisa : 59 dan an
Nahl 64 Menggunakan Model Problem Based Learning Siswa Kelas VIIA di SMP NEGERI
1 Pringsurat Kab. Temanggung ”.
B.
Metode Membaca Alqur’an
Membaca Al-Quran jelas memiliki faedah dan keistimewaan yang
sangat luar biasa. Setiap hurufnya, kita tahu, diganjar dengan sepuluh
kebajikan. Setiap seseorang membaca Al-Quran, hal itu telah dinilai sebagai
ibadah. Di masyarakat kita pun rupanya ada yang membaca perlahan-lahan, atau
dengan cara cepat. Di kalangan ulama ahli qiraat Al-Quran, cara membaca
Al-Quran memiliki empat metode yang biasa diamalkan oleh pembaca
Al-Quran. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Ilmu Tajwid sebuah panduan membaca
Al-Quran secara Murattal dan Mujawwad, yang diterbitkan oleh Tim Penyusun LPTQ
Propinsi Jawa Tengah. Dalam buku ini menjelaskan, ada empat tingkatan bentuk
bacaan Al-Quran, yaitu:
1.
Tartil ialah membaca Al-Quran dengan
lamban, sehingga terlihat semua Makhroj dan Sifat setiap huruf, sambil
merenungkan arti lafadz yang dibaca. Metode ini
berdasarkan Firman Allah Swt.:
وَرَتِّلِ
الْقُرْآنَ تَرْتِيلا
Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan
perlahan-lahan. (Al-Muzzammil: 4)
Dalam kitab Khozinatul asror, karya Syekh Sayyid Muhammad haqqi
Annazily dijelaskan, bahwa yang dimaksud tartil adalah:
لاتستعجل
فى قراءتك
Janganlah kamu tergesa-gesa di dalam bacaanmu.
Maksudnya, bacalah Al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan) karena
sesungguhnya bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna
yang dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi
Saw. Sehingga Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. bila membaca
Al-Qur'an yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama
dibandingkan dengan orang Lain.
2.
Tahqiq adalah bentuk bacaan yang
sama dengan tartil, dengan sedikit diperlamban.
Bentuk qiroat ini biasanya digunakan pada Majlis-majlis Ta’lim.
(sumber: Ilmu Tajwid sebuah panduan membaca Al-Quran secara Murattal dan
Mujawwad, Tim Penyusun LPTQ Propinsi Jawa Tengah).
3.
Hadr ialah membaca Al-Quran dengan
cepat, dan tetap memperhatikan hukum-hukum bacaannya.
4.
Tadwir ialah bentuk bacaan antara
Tartil dan Hadr. Cara ini merupakan pertengahan antara cara tahqiq
yang begitu pelan dan mantap dan hadr yang begitu ringkas dan cepat. Untuk
metode tadwir ini, hal yang terpenting adalah bacaan-bacaan mad yang tidak
dipenuhkan, seperti pada mad ja’iz munfashil, tidak sampai panjang enam
ketukan. Tidak terlalu pelan, tetapi juga tidak disempurnakan betul.
Dari keempat metode tersebut, hal yang terpenting adalah bagaimana
seseorang yang membaca Al-Quran memahami ilmu tajwid dan tanda baca
seperti waqaf. Setiap Qari tentu memiliki kebiasaan yang berbeda ketika membaca
Al-Quran, ada yang terbiasa membaca Al-Quran dengan cara cepat, ada pula yang
membaca dengan cara pelan.
C.
Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning (PBL)
adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sumantri, 2016:17). Model PBL juga menjadi
wadah bagi siswa untuk dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan
keterampilan berpikir yang lebih tinggi untuk memicu semangat belajar siswa.
Tujuan model pembelajaran ini, yaitu menstimulasi siswa untuk berfikir kreatif,
analisis, sistematis, logis dan dapat memecahkan masalah dengan mengeksplor
sumber atau data untuk membuat siswa bersikap secara ilmiah. Karakteristik
model PBL yaitu :
1)
Guru memulai pembelajaran dengan
memberikan suatu masalah;
2)
Bahan ajar membuat menarik perhatian
siswa sehingga focus belajar;
3)
Pada model PBL guru sebagai
supervisor;
4)
Siswa diberikan waktu untuk mencari
informasi dan menemukan strategi untuk memecahkan suatu masalah sehingga
nyaman;
5)
Kesulitan materi tidak terlalu sulit
sehingga tidak menimbulkan siswa putus asa agar semangat belajar.
Kelebihan dan kekurangan problem based learning
Pembelajaran problem based learning memiliki kelebihan- siswa lebih memahami konsep yang diajarkan didalam pembelajaran
dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir
siswa yang lebih tinggi (Wedyawati,2019:160). Kemudian
menjadikan siswa lebih mandiri, mampu memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan
siswa lainnya serta pengkondisian siswa
dalam belajar kelompok
yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga
pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan. PBL diyakini pula dapat
menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir di setiap
langkah menuntut adanya keaktifan
siswa kekurangan problem based learning. Selain berbagai kelebihan tersebut, problem
based learning memiliki beberapa kekurangan, yakni: Bagi siswa yang malas, tujuan dari penerapan model tersebut tidak
dapat tercapai. Membutuhkan banyak waktu dan dana tidak semua
mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode PBL.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran problem based learning
a.
Orientasi siswa pada masalah
Masalah atau pertanyaan yang diselidiki adalah masalah yang kompleks
memiliki banyak penyelesaian dan sering kali bertentangan. Selama siswa melakukan
penyelidikan akan mendorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi. Guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang menyediakan bantuan, sedangkan siswa berusaha untuk bekerja
mandiri atau bersama temannya.
b.
Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Pembelajaran
ini membutuhkan pengembangan keterampilan siswa. Oleh karena itu, mereka
juga membutuhkan dampingan
untuk merencanakan penyelidikan mereka dan tugas-tugas pelaporan, yang meliputi
kelompok belajar, mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok belajar.
setelah siswa diorientasikan kepada situasi masalah
dan telah membentuk kelompok belajar, guru dan
siswa harus menyediakan waktu yang cukup untuk
menyediakan sub pokok bahasa yang spesifik dan tugas-tugas penyelidikan, membimbing proses penyelidikan dapat
dilakukan secara mandiri maupun kelompok, teknik penyelidikan.
a.
Berhipotesis, menjelaskan dan memberikan pemecahan
Pada tahap ini, guru mendorong mengeluarkan semua ide dan menerima
sepenuhnya ide tersebut. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa
memikikan kelayakan hipotesis
dan pemecahan mereka serta tentang
kualitas informasi yang telah
mereka kumpulkan. Guru secara terus- menerus menunjang dan memodelkan pertukaran ide secara bebas dan mendorong mengkaji
lebih dalam masalah tersebut jika dibutuhkan. Selain
itu guru membantu menyediakan bantuan yang dibutuhkan siswa.
b.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru meminta
beberapa kelompok untuk
mempresentasikan hasil pemecahan
masalah dan membantu
siswa mengalami kesulitan kegiatan ini berguna untuk
mengetahui hasil pemahaman dan penguasaan siswa terhadap masalah yang berkaitan materi yang dipelajari.
c.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa mengalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka,
disamping keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan.
Kegiatan
awal pembelajaran meliputi langkah – langkah sebagai berikut:
a)
Menyiapkan
alat bantu yang sesuai dan menarik materi yang akan disampaikan.
b)
Memberikasn motivasi
untuk meningkatkan minat belajar siswa.
c)
Memberikan tinjauan yang jelas tentan materi yang akan
disampaikan sehingga siswa mempunyai arah yang jelas saat belajar.
d)
Membagi siswa menjadi
beberapa kelompok belajar
e)
Membuka pelajaran sesuai dengan pendekatan untuk
meningkatkan rasa takut siswa.
2)
Tindakan penyampaian dan pengembangan meliputi
langkah- langkah sebagi
berikut:
a)
Penyampaian konsep dasar materi
b)
Penjelasan cara menggunakan alat peraga yang digunakan
dalam proses belajar.
c)
Penyampaian disesuaikan dengan gaya bahasa siswa
sehingga siswa dapat menerima pelajaran
dengan mudah.
d)
Belajar kelompok dan pengembangan minat
individu dengan
mempraktekkan alat peraga yang sudah disiapkan.
e)
Pelatihan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi baik secara individu
maupun kelompok.
3)
Tindakan pada tahap penerapan
a)
Memperkenalkan tentang metode membaca alquran
b)
Mengusahakan umpan balik.
c)
Memberikan contoh membaca alquran yang baik dan benar
d)
Melatih siswa untuk membaca alquran
e)
Review materi pelajaran yang belum dipahami
siswa.
4)
Tindakan pada akhir prmbelajaran
a)
Penarikan kesimpulan bersama
b)
Penguatan materi yang telah didapat siswa dengan memberikan
waktu kepada siswa untuk bertanya.
c) Evaluasi
kinerja siswa oleh guru dan memberikan motivasi kepada seluruh siswa.
d) Eksplorasi kesulitan
belajar siswa, hal-hal
yang menarik yang telah didapat siswa dan hal-hal yang tidak disukai
siswa.
e) Pembagian tugas rumah yang menyenangkan sesuai materi yang telah
dipelajari.
Model yang digunakan dalam penerapan pembelajaran problem based learning
meliputi:
1.
Diskusi kelompok
kecil
Sudjana
menyatakan pelaksanaan kelompok kecil adalah sebagai berikut: pendidik dan peserta didik, memilih dan menentukan masalah
yang akan dipecahkan dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik
menunjuk beberapa peserta
didik untuk membuat
atau membentuk kelompok kecil.
Pendidik membagikan bagian-bagian masalah
kepada masing-masing kelompok
kecil. Satu kelompok
membahas satu bagian masalah. Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, waktu pembahasan biasanya 5-15 menit. Kelompok-kelompok kecil
berdiskusi untuk membahas bagian
masalah yang telah diberikan atau yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok kecil itu
memperjelas bagian maslah, serta memberikan saran- saran untuk pemecahannya sehingga setelah pembelajaran dapat maksimal hasilnya.
2.
Diskusi Panel
Diskusi
Panel adalah kegiatan bertukar pikiran atau bertukar pendapat dalam pegalaman
antara tiga sampai enam peserta didik yang dipandu oleh seseorang ketua
(moderator) (Rahmat, 2019:105). Diskusi panel ini biasanya membicarakan suatu
subjek tertentu, duduk dalam susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang
moderator atau ketua kelompok.
3.
Menampilkan
video
Menampilkan
video dalam pembelajaran problem based learning adalah salah satu cara untuk
membuat siswa, aktif dan memiliki fokus yang besar, untuk memperhatikan video,
sehingga melatih kemampuan aspek afektif dan kognitif siswa. Keunggulan lain
media video yaitu dapat menampilkan hal yang baru dan menarik bagi peserta
didik seperti adanya video pembelajaran sehingga dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar
konvensional dengan buku cetak. Media pembelajaran menggunakan video ini
sangat baik untuk meningkatkan minat
hasil belajar peserta didik dengan memperlihatkan suatu hal yang menarik dan dapat menambah daya ingat peserta
didik pada materi pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanaky bahwa dengan penggunaan media audio visual berbasis video ini juga mampu menambah daya
tahan ingatan atau retensi tentang
objek belajar yang dipelajari
pembelajar (Farid,2018:44).
Model Penelitian
Penelitian
ini dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran PAI
pada materi Al Quran Dan Sunah Sebagai Pedoman Hidup tentang sub materi
kemampuan membaca QS. an Nisa : 59 dan an Nahl : 64 yang kebanyakan masih belum memahami
cara membaca dan pembelajaran masih menguunakan gaya ceramah. Pada pengamatan
pra-siklus (tindakan), peneliti
melakukan pengamatan di kelas khususnya pada kemampuan membaca QS.
an
Nisa : 59 dan an Nahl : 64 pada kelas VIIA , kemudian melakukan refleksi terhadap pembelajaran PAI yang
selama ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Peneliti
mengidentifikasi permasalahan yang ada, mendiskusikan dengan rekan guru
sejawat, kelompok kerja guru dan meminta saran atas pemecahan masalah yang ada,
serta membaca dan mengkaji teori ataupun metode pembelajaran yang relevan. Berdasarkan
pengamatan pra-siklus (tindakan) dan diskusi serta saran dari guru sejawat,
kelompok kerja guru tentang hal tersebut. Maka langkah yang paling tepat untuk
meningkatkan kemampuan psikomotor siswa dalam mata pelajaran PAI
materi sholat fardlu yaitu
dengan peningkatan dorongan mental (motivasi) dalam perilaku belajar siswa dan
peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran. Salah satu
langkah tindakan yang tepat adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui
penerapan metode Problem Based Learning pada mata pelajaran PAI materi kemampuan
membaca QS. an Nisa : 59 dan an Nahl : 64 pada siswa kelas VIIA di SMP N 1
Pringsurat.
Penelitian
tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris classroom
action reseach, yang berarti penelitian
yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek
penelitian di kelas setelah pembelajaran (Paizaludin, 2018:6). Menurut Elliot penelitian tindakan adalah
kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkan
(Sanjaya, 2011:24).
I.
Variabel Penelitian
Variabel dari penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas yaitu
variabel yang mempengaruhi variabel bebas. Model PBL merupakan
variabel bebas (variabel x).
Sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang muncul dari hasil variabel
belas. Dalam hal ini keaktifan dan hasil belajar
merupakan variabel terikat
(variabel y). Dengan adanya variabel
ini dapat membantu
peneliti dalam melakukan kegiatan yang terencana dengan baik.
II.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian atau adalah
pihak-pihak yang dijadikan
sebagai sampel dalam
sebuah penelitian. Subjek
penelitian juga membahas
karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk
penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling
(acak/non-acak) yang digunakan. (Nanang Martono, 2010: 112). Peran subjek penelitian adalah memberikan tanggapan
dan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh
peneliti, serta memberikan masukan kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Yang
dimaksud obyek penelitian, adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus
Bahasa Indonersia; 2006: 622). Menurut (Supranto 2000: 21) obyek penelitian
adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang
akan diteliti. Kemudian dipertegas (Anto Dayan 1986: 21), obyek penelitian,
adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih
terarah. Adapun Obyek penelitianya adalah peningkatan kemampuan membaca QS an
Nisa ; 59 dan an Nahl 64 siswa kelas VIIA di SMP N 1 pringsurat yang berjumlah
32 anak
III.
Siklus Penelitian Tindakan
Penerapan
penelitian tindakan kelas pada sekolah
yang telah cukup maju merupakan salah satu upaya guru dalam meningkatkan kemampuan dan
prestasi siswa melalui proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas berbeda
dengan cara mengajar seperti biasanya. Penelitian tindakan kelas lazimnya
terdiri dari empat tahapan yang dilalui, yaitu: (1)
perencanaan (2) Pelaksanaan (3)
Pengamatan dan (4) Refleksi.
IV. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan sebelum dan pada
saat tindakan dilakukan. Bahkan selama pelaksanaan pembelajaran juga
dilaksanakan observasi baik terhadap guru dan siswa sehingga didapatkan dapat
yang akurat dan valid dan mendukung dalam mencapai hasil penelitian. Dengan
adanya ini data yang diperolah dapat dioleh dengan analisa yang direncanakan
untuk mendukung instrument penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kemampuan membaca QS an Nisa ; 59 dan an Nahl 64 siswa kelas VIIA di
SMP N 1 pringsurat.
2.
Wawancara
Wawancara dilakukan baik peneliti
dalam hal ini guru kepada siswa. Tujuannya yaitu untuk mengetahui motivasi dan
hasil belajar siswa dalam penerapan model PBL di dalam pembelajaran. Disamping
itu, wawancara juga dilakukan kepada kolaborator untuk mendapatkan masukan dan
saran sebagai sarana refleksi diri dalam melaksanakan kegiatan dan tindakan
3.
Hasil Tes/Evaluasi
Tes
hasil belajar berarti memeriksa hasil belajar PAI materi
sholat fardlu oleh
siswa, hasil belajar tersebut berupa kemampuan siswa. Tes juga menyangkut
kemampuan siswa sebelum pengajaran dimulai atau pretes yang berfungsi
mengetahui tingkah laku yang dimiliki siswa. Sedangkan post test adalah tes yang dilakukan
setelah proses pembelajaran.
4.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan
data dengan menggunakan data fisik berbentuk audio, visual maupun audio visual
berupa foto, rekaman suara, dll. Pengumpulan data tersebut diperlukan sebagai
dokumentasi yang menggambarkan upaya peneliti dalam meningkatkan kemampuan
membaca QS an Nisa ; 59 dan an Nahl 64 siswa kelas VIIA di SMP N 1 pringsurat.
V.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan adalah sebuah
cara untuk mengetahui kinerja yang dilakukan
peneliti dalam proses pembelajaran sehingga dapat dilihat hasil sesuai
yang telah ditentukan. Guru diawal pembelajaran menentukan sebuah indikator yang perlu digunakan
dalam membantu peneliti
dalam melaksanakan kegiatan
sehingga pada akhir kegiatan akan terlihat sejauh
mana tingkat kebersilan belajar siswa dalam kemampuan
membaca QS an Nisa ;59 dan an Nahl 64 dengan menggunakan model PBL.
Tindakan siklus I
dilaksanakan
pada tanggal 22 Juli 2022 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit)
mata pelajaran PAIBP materi Alquran dan Sunah Sebagai Pedoman Hidup. Subjek penelitian siswa kelas VIIA Semester I di SMP
Negeri 1 Pringsurat Tahun Pelajaran 2022/2023. Tindakan siklus I dilaksanakan
dengan menggunakan metode
Problem Based Learning yang
meliputi empat tahapan kegiatan, yaitu (a) perencanaan tindakan, (b)
pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi tindakan. Setelah
pelaksanaan tindakan siklus I, kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui
pencapaian tindakan yang telah dilaksanakan.
Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan
penjelasan terhadap data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian
tindakan yang dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan belajar. Data dan informasi yang menjadi
bahan kajian utama dalam refleksi sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu:
(1) Penerapan metode
PBL dalam
proses pembelajaran, dan (2) nilai tes kemampuan Membaca QS. An-Nisa ayat 59 dan QS an- Nahl
ayat 64.
Berdasarkan
prestasi analisis data, maka prestasi penilaian pelaksanaan tindakan pada
siklus I adalah: (1) Penerapan
metode
PBL belum
terlaksana secara maksimal. Hal ini terlihat dari pengamatan terhadap daya
tangkap siswa, pengamatan suasana kelas selama proses pembelajaran kurang
kondusif, dan pengamatan terhadap siswa yang terlihat kurang mendukung proses
pembelajaran; dan (2) Kemampuan
membaca QS.
An-Nisa ayat 59 dan QS an- Nahl ayat 64, telah mencapai tuntas belajar kelas dan baru 3 orang siswa (9,
37 %) belum mencapai tuntas
individu.
Berdasarkan
pengamatan pada siklus I, maka perlu diadakan perbaikan diantaranya sebagai
berikut : (1) Guru lebih meningkatkan teknik penyampaian materi pelajaran; (2) Guru
lebih meningkatkan penggunaan metode pembelajaran dan meningkatkan ketrampilan
dalam variasi mengajar; (3) Guru
meningkatkan pemberian bimbingan secara individu bagi siswa yang belum memahami
materi pelajaran; (4) Guru lebih meningkatkan kemampuan mengelola kelas,
mengaktifkan siswa, mengelola waktu dan merespon pertanyaan siswa; (5) Memberikan
penguatan dan penghargaan pada siswa yang berprestasi; (6) Guru lebih
meningkatkan pengaturan waktu sebelum pelajaran dimulai, mempersiapkan pokok
bahasan yang diajarkan agar waktu dapat digunakan secara efektif dan efisien;
(7) Guru membuat suasana pembelajaran yang lebih kondusif agar siswa berani
mengemukakan pendapat, berani bertanya, serta dapat berpikir kritis.
Data dan
informasi yang menjadi bahan kajian utama dalam refleksi sesuai dengan tujuan
penelitian ini, yaitu : (1) Penerapan metode
Problem basic Learning dan Coorpperativ Learning dalam proses pembelajaran, dan (2)
nilai tes kemampuan psikomotor
siswa kelas VIIA
semester I mata pelajaran PAI materi Alquran dan sunah
sebagai pedoman hidup sub Materi
Posisi hadis Terhadap Al
qurann (menghafal Qs an Nisa 59 dan an Nahl 64)..
Berdasarkan
prestasi analisis data dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka refleksi
tindakan siklus II adalah: Penerapan
metode
Problem basic Learning dan Coorpperativ Learning dalam proses pembelajaran pada siklus II telah
terlaksana dengan baik. Berdasarkan prestasi pengamatan terhadap guru, beberapa aspek
yang terkait dengan penerapan
metode
Problem basic Learning dan Coorpperativ Learning telah menunjukkan tingkat kategori baik (lebih dari
80%). Kemampuan
psikomotor siswa kelas VIIA semester II pada mata pelajaran PAI materi Alquran
dan sunah sebagai pedoman hidup sub Materi Posisi
hadis Terhadap Al qurann (menghafal Qs an Nisa 59 dan an Nahl 64). pada siklus II telah mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dengan kualifikasi baik. 5 orang siswa (15,62
%) mendapat nilai sangat baik (
nilai ≥ 85,0 ), dan 25 orang siswa (78,12 %) mendapat nilai baik ( nilai ≥ 70,0 ). Dan 2 orang siswa (6,25%) mendapat nilai cukup (nilai = 70) Sesuai dengan indikator kinerja yang telah
ditetapkan, ketuntasan belajar mata pelajaran PAI materi Alquran dan sunah
sebagai pedoman hidup sub Materi Posisi hadis Terhadap Al qurann
(menghafal Qs an Nisa 59 dan an Nahl 64 pada siklus II telah tercapai, baik tuntas belajar individu maupun tuntas
belajar kelas. Pada siklus II, seluruh siswa
(100%) telah mencapai nilai di atas 70,0. Sesuai dengan indikator
kinerja, kriteria kemampuan psikomotoar siswa pada mata pelajaran PAI materi Alquran
dan sunah sebagai pedoman hidup sub Materi Posisi hadis Terhadap Al
qurann (menghafal Qs an Nisa 59 dan an Nahl 64 apabila lebih dari 80% dari jumlah siswa telah
mencapai nilai rata-rata ≥70,0. Prosentase kenaikan nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah
sebesar 6,2% dari siklus I. Sesuai dengan indikator kemampuan membaca siswa yang ingin dicapai pada siklus II, yaitu
mengalami kemajuan 5% - 10% dari siklus
I, maka dengan pencapaian prosentase kenaikan
nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 8 % telah memenuhi harapan dilakukannya
penelitian tindakan kelas ini. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini
cukup dilakukan sampai dengan siklus II.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa: penerapan metode Problem Based Leraning dapat peningkatan kemampuan membaca QS an Nisa 59 dan an Nahl 64 pada
siswa kelas VIIA SMP N 1 Pringsurat, Ini bisa
dilihat dari hasil siklus 1 jumlah peserta didik yang mencapai kkm 75
%, pada siklus II 100% Jadi penerapan
x dan meningkatkan Y.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Hamzah,
Muhlisrarini, Perencanaan
dan strategi pembelajran Matematika,Jakarta, Rajawali Pers, 2004
Ali, Mohammad.
2014. Metodologi Dan Aplikasi
Riset Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Arkasa
Annur, Saipul,
Profesionalitas Guru Agama Islam: Wacana Pengembangan Guru,
Jurnal Ta’dib,
Vol. XIII. No. 1, Juni 2008.
Arikunto,
Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Arikunto, Suharsimi,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, edisi revisi VI,
Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Maryani,
Ika, and Laila Fatmawati. Pendekatan
Scientific Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Deepublish, 2018
Mendagi, Mieke O, and I Nyoman
Sudana Degeng. Model Dan Rancangan Pembelajaran.
Malang: CV Seribu Bintang,
2019.
Menteri Agama RI.2002. Al-quran Dan Terjemahan. Semarang: Asy syifa
Nata,
Arikunto, Suharsini. 2004. Prosedur Penelitian suatu pendekatan.
Jakarta: Rineka Cipta
https://e-proceedings.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/PPGAI/article/viewFile/267/572
http://repository.upi.edu/12959/5/S_PAUD_1009937_Chapter3.pdf